Yogyakarta, Elsindonews,-Dengan kawalan prajurit Pakualaman dan iringan gajah gunungan Pareden keluar dari Keraton Yogyakarta menuju ke Pura Pakualaman. Dengan dikeluarkan secara besmamaan dengan gununga yang dirayah di halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta. Sedangkan Pareden gunungan diperuntukan Paku Alaman, setelah terlebih dulu dilakukan “Atur Panampi “penyerahan gaunungan Pareden yang dipimpin KRT Projo Anggono selaku Penghageng Tepas Kapanitran yang mewakili Pura Pakualaman.
Penyerahan gunungan sebagaimana diungkapkan, KRT Projo Anggono menyatakan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, disamping itu menyambung tali silaturahm antara Kasultanan Ngayogyakarta dengan Puro Pakualaman. Kedua bekas dinasti Mataram tersebut dapat tetap lestari berkesinambungan hubungan diantara kekeluargaan.Terutama Kasultanan dan Pakualaman.
Menurutnya, dari upacara tradisi ini sebagai tata laku paugeran ini dalam kontek pihak Pura Pakualaman bergantian asok glondong pangarem arem sebagai simbul bakti anak terhadap orangtua. “ Prosesi upacara sebenarnya mengandung nilai luhur budi pekerti.” ungkapnya.
Titik tolak dari upacara tersebut untuk bersama memaknai, menghayati yang begitu besar kasih sayang orang tua terhadap anaknya, yang terjadi semenjak HB I berkuasa selama 32 orang diantaranya, KP.Notokusumo yang lahir dari ibu GKR. Srenggoro (KGPAA.Pakualam I).
Dari sinilah awal upacara tradisi Garebek sebagai simbol rasa kasih sayang Hamengku Buwono I terhadap KP.Notokusumo KGPAA Pakualam I.Upacara tradisi grebeg yang dikemas tontonan menjadi tuntunan, yakni dengan memberikan sebagian hasil bumi kepada masyarakat.
Hadir dalam upacara garebeg setiap 10 Besar Be 1952/12 Agustus 2019 dengan sengkalan “ Dwi Pranata Gatraning Negari (BE 1952)”, Gusti Kangjeng Bandoro Raden Ayu Adipati Paku Alam yg didampingi sederek dalem sentono dalem dan tamu undangan. KRT Krido/Suci
Leave a Reply